Kamis, Juli 23, 2020

URBAN FARMING JADI SALAH SATU ALTERNATIF PROGRAM KETAHANAN PANGAN RUMAH ZAKAT DISAAT PANDEMI COVID


Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai tentunya berdampak pada tatanan hidup dan perekonomian secara drastis. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang dibandingkan periode September 2019. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin Indonesia saat ini tercatat sebanyak 26,42 juta orang. Banyak perusahaan di Indonesia yang harus melewati proses birokrasi yang sulit, sehingga memberikan dampak bagi karyawan, mulai dari pemotongan gaji hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).  Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani pada hari kamis, 25 juli 2020 menyatakan sudah 6,4 juta karyawan yang di-PHK atau dirumahkan oleh perusahaan akibat wabah virus Corona (Covid-19)  dan lebih tinggi dari data yang dirilis Kemenaker sebanyak 2,8 juta orang.

Sudah barang tentu perubahan kebijakan dalam perusahaan pun terjadi guna meminimalisir meluasnya wabah covid 19. Para pegawai kantoran dipaksa untuk mennerapkan pola kerja baru dari rumah masing-masing. Work From Home (WFH) identik dengan melakukan pekerjaan kantor, rapat, diskusi, dan koordinasi dengan rekan dan atau mitra kerja dari rumah pegawai masing-masing secara online. Dalam penerapannya, sistem kerja WFH memiliki fleksibilitas yang tinggi yang merupakan bagian dari program PSBB (Pembatasan sosial bersekala besar) terutama penerapannya sering diberlakukan di berbagai kota besar sehingga semakin banyak masyarakat perkotaan yang memiliki banyak waktu luang dirumah sedangkan mereka juga harus memikirkan kebutuhan pangan yang tentunya dalam kondisi seperti ini serba sulit untuk pemenuhannya. 

Urban farming merupakan bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dengan lahan terbatas yang diharapkan menjadi salah satu alternatif ketahanan pangan pada masyarakat di wilayah urban. Bercocok tanam sendiri mungkin adalah sesuatu yang tidak pernah terpikir akan dilakukan para penduduk kota pada hari-hari dalam kondisi normal dengan rutinitas yang begitu tinggi. Namun diwaktu pandemi seperti ini, saatnya memulai hal yang baru yang hasilnya nanti dapat dioptimalkan sebagai produksi bahan pangan rumah tangga. Sayuran hasil kebun sendiri tentunya akan lebih digemari karena masyarakat semakin aware dengan kesehatan.

Untuk memulai urban farming, sarana belajar bisa dari banyak sumber. Di tengah kecanggihan teknologi, saat ini referensi terkait urban farming bahkan bisa diakses di berbagi video youtube. Tak usah memikirkan lahan, sepanjang cahaya matahari melimpah, berkebun bisa dilakukan di lahan sempit seperti teras atau halaman belakang. Bisa memanfaatkan barang bekas seperti ember bekas, ban mobil bekas atau sepatu boot bekas dan botol botol plastik yang sudah tidak terpakai. Media penanaman juga dapat berupa sabut kelapa, kulit kacang sekam padi atau tanah. Untuk mendapatkan media tanam yang subur, bisa menggunakan pupuk alami dari pupuk kompos yang dapat dibuat dari sampah sisa makanan.



Adanya urban farming adalah salah satu solusi kemandirian pangan saat pandemi karena memiliki banyak kebermanfaatan, seperti makanan sehat untuk keluarga, karena dengan menanam sayuran sendiri seseorang tahu semua proses yang dilalui sehingga lebih mengenali apa yang kita makan. Bisa menjadi  aktivitas positif saat berdiam di rumah supaya lebih produktif juga bisa menghijaukan kota besar yang sesak dan padat. Kegiatan ini pun akan berdampak positif bagi masing- masing individu, bahkan lingkungan sekitar.


luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com